BAB 1
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Indonesia yang memiliki
panjang garis pantai 81.000 km, mempunyai padang lamun yang luas bahkan terluas
di daerah tropika. Luas padang lamun yang terdapat di perairan Indonesia
mencapai sekitar 30.000 km2 (Kiswara dan Winardi, 1994). Jika dilihat dari pola
zonasi lamun secara horisontal, maka dapat dikatakan ekosistem lamun terletak
di antara dua ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem
terumbu karang (pada gambar dibawah). Dengan letak yang berdekatan dengan dua
ekosistem pantai tropik tersebut, ekosistem lamun tidak terisolasi atau berdiri
sendiri tetapi berinteraksi dengan kedua ekosistem tersebut
oleh karena itu
Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan
berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman
jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut
yang saling berkesinambungan(Bengen,2001).
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g arbon/m2/hari.
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g arbon/m2/hari.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI BIOEKOLOGIS
A.1
Definisi Padang Lamun
Perairan
pesisir merupakan lingkungan yang memperoleh sinar matahari cukup yang dapat
menembus sampai ke dasar perairan. Di perairan ini juga kaya akan nutrien
karena mendapat pasokan dari dua tempat yaitu darat dan lautan sehingga merupakan
ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya. Karena lingkungan yang sangat
mendukung di perairan pesisir maka tumbuhan lamun dapat hidup dan berkembang
secara optimal. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae)
yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi
atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati.
Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air
berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar,
serta berbiak dengan biji dan tunas.
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal
juga istilah padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun
yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau
lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi
padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem
Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah perairan
dangkal agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.
Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat
khusus dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri
ekologis padang lamun antara lain adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang
landai, di dataran lumpur/pasir
2. Pada batas terendah daerah pasang
surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30
meter, di perairan tenang dan terlindung
4. Sangat tergantung pada cahaya
matahari yang masuk ke perairan.
5. Mampu melakukan proses metabolisme
secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif
6. Mampu hidup di media air asin
7.
Mempunyai
sistem perakaran yang berkembang baik.
Padang
lamun adalah ekosistem pesisir yang
ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan. Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkeping
tunggal (Monokotil) yang mampu hidup
secara permanen di bawah permukaan air laut (Sheppard et al., 1996).
Komunitas lamun berada
di antara batas terendah daerah pasangsurut sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai
dasar laut (Sitania, 1998).
A.2 Klasifikasi Lamun
Tanaman
lamun memiliki bunga, berpolinasi, menghasilkan buah dan menyebarkan bibit
seperti banyak tumbuhan darat. Klasifikasi lamun adalah berdasarkan karakter
tumbuh-tumbuhan. Selain itu, genera di daerah tropis memiliki morfologi yang
berbeda sehingga pembedaan spesies dapat dilakukan dengan dasar gambaran
morfologi dan anatomi.
Lamun
merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki perkembangan sistem
perakaran dan rhizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi, lamun berada pada Sub
kelas Monocotyledoneae, kelas Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang diketahui,
2 berada di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae.
Famili Hydrocharitaceae dominan merupakan lamun yang tumbuh di air tawar
sedangkan 3 famili lain merupakan lamun yang tumbuh di laut.
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat
sebanyak 52 jenis lamun, di mana di Indonesia ditemukan sekitar 15 jenis yang
termasuk ke dalam 2 famili:
(1) Hydrocharitaceae,
dan
(2) Potamogetonaceae
Secara
lengkap klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan pantai
Indonesia
(Phillips dan Menez,1988) adalah sebagai berikut :
Divisi :
Anthophyta
Kelas
: Angiospermae
Subkelas :
Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : Enhalus
acoroides
Genus : Halophila
Species : Halophila decipiens,Halophila
ovalis,
Halophila minor,Halophila spinulosa
Genus : Thalasia
Species : Thalasia
hemprichii
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
Cymodocea serrulata
Genus : Halodule
Species : Halodule
pinifolia
Halodule uninervis
Genus : Syringodium
Species : Syringodium isoetifolium
Genus : Thalassodendron
Species
: Thalassodendron ciliatum
A,3 JENIS-JENIS LAMUN YANG ADA DI
INDONESIA :
Daun
menyerap hara langsung dari periran sekitarnya, mempunyai rongga untuk
mengapung
agar dapat berdiri tegak di air, tapi tidak banyak mengandung serat seperti
tumbuhan rumput
di darat (Hutomo,1997). Sebagian besar lamun berumah dua,artinya
dalam satu
tumbuhan hanya ada jantan saja atau betina saja. Sistem pembiakannya ber
Lamum di dunia
terdiri atas 2 suku, 12 marga dan 50 jenis. Di Indonesia hanya dijumpai 12jenis
yang termasuk dalam tujuh marga.
Gambar 2. Bentuk rhizoma dan daun lamun
Jenis-jenis Lamun
Gambar
3. Lamun jenis
(A) Syringodium isoetifolium; (B) Halophila ovalis
(C)
Halophila spinulosa;
(D) .Halophila minor;
(E)
Halophila decipiens;
(F) Halodule pinifolia
(G)
Halodule uninervis;
(H)
Thalassodendron ciliatum
(I)
Cymodocea rotundata;
(J) Cymodocea serrulata;
(K)Thalassia
hemprichii;
(L) Enhalus acoroides
(A)
(B)
(B)
(D)
(E) (F)
(G)
(H)
(I) (J)
(K) (L)
A.4
MARFOLOGI DAN ANATONI PADA LAMUN
Kunci
Identifikasi Lamun di Indonesia (Dimodifikasi dari Den Hartog 1970 dan Phillips
dan
Menez
1988) sebagai berikut:
1.
Daun
pipih.....................................................................................................2
2.
Daun berbentuk silindris.........................................Syringodium isoetifolium
3.
Daun bulat-panjang, bentuk seperti telur atau pisau
wali...............Halophila
a.
Panjang helaian daun 11 – 40 mm, mempunyai 10 - 25 pasang tulang
daun..................................................................................Halophila ovalis
b.
Daun dengan 4-7 pasang tulang
daun....................................................c
c.
Daun sampai 22 pasang, tidak mempunyai tangkai daun, tangkai panjang...
...................................................................Halophila spinulosa
c1.
Panjang daun 5-15 mm, pasangan daun dengan tegakan
pendek.........................................................................Halophila minor
c2.
Daun dengan pinggir yang bergerigi seperti gergaji............................
..............................................................................Halophila decipiens
c3. Daun
membujur seperti garis, biasanya panjang 50 – 200 mm.........3
3.
Daun berbentuk selempang yang menyempit pada bagian bawah...............4
a.
Tidak seperti
diatas..................................................................................6
4.
Tulang daun tidak lebih dari
3............................................................Halodule
a.
Ujung daun membulat, ujung seperti gergaji .................Halodule pinifolia
b.
Ujung daun seperti trisula ............................................Halodule uninervis
c.
Tulang daun lebih dari 3........................................................................5
5.
Jumlah akar 1-5 dengan tebal 0,5 - 2 mm ujung daun seperti
gigi..................
..............................................................................
Thalassodendron
ciliatum
6.
Tidak seperti diatas.........................................................................Cymodocea
a.
Ujung daun halus licin, tulang daun 9-15 ...............Cymodocea rotundata
b.
Ujung daun seperti gergaji, tulang daun 13-17........Cymodocea serrulata
7.
Rimpang berdiameter 2-4 mm tanpa rambut-rambut kaku; panjang daun 100-
300
mm, lebar daun 4-10 mm..........................................Thalassia hemprichii
8.
Rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan rambut-rambut kaku; panjang daun
300-1500
mm, lebar 13-17 mm ................................Enhalus
acoroides
A.4.1 Akar
Terdapat perbedaan
morfologi dan anatomi akar yang jelas antara jenis lamun yang dapat digunakan
untuk aksonomi. Akar pada beberapa
spesies seperti Halophila dan Halodule
memiliki karakteristik tipis (fragile), seperti rambut, diameter kecil,
sedangkan spesies Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan berkayu den0-gan
sel epidermal. Jika dibandingkan dengan tumbuhan darat, akar dan akar rambut
lamun tidak berkembang dengan baik. Namun, beberapa penelitian memperlihatkan
bahwa akar dan rhizoma lamun memiliki fungsi yang sama dengan tumbuhan darat.
Akar-akar halus yang tumbuh di bawah permukaan rhizoma, dan memiliki adaptasi
khusus (contoh : aerenchyma, sel epidermal) terhadap lingkungan perairan. Semua
akar memiliki pusat stele yang dikelilingi oleh endodermis. Stele mengandung
phloem (jaringan transport nutrien) dan xylem (jaringan yang menyalurkan air)
yang sangat tipis. Karena akar lamun tidak berkembang baik untuk menyalurkan
air maka dapat dikatakan bahwa lamun tidak berperan penting dalam penyaluran
air. Patriquin (1972) menjelaskan bahwa
lamun mampu untuk menyerap nutrien dari dalam substrat (interstitial) melalui
sistem akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh bakteri
heterotropik di dalam rhizosper Halophila ovalis, Enhalus acoroides, Syringodium
isoetifolium dan Thalassia hemprichii cukup tinggi lebih dari 40 mg
N.m-2.day-1. Koloni bakteri yang ditemukan di lamun memiliki peran yang penting
dalam penyerapan nitrogen dan penyaluran nutrien oleh akar. Fiksasi nitrogen
merupakan proses yang penting karena nitrogen merupakan unsur dasar yang
penting dalam metabolisme untuk enyusun struktur komponen sel.
Diantara banyak fungsi, akar lamun merupakan
tempat menyimpan oksigen untuk proses fotosintesis yang dialirkan dari lapisan
epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem lakunal (udara) yang
berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan rhizoma
digunakan untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang
dilakukan oleh mikroflora di rhizospher. Beberapa lamun diketahui mengeluarkan
oksigen melalui akarnya (Halophila ovalis) sedangkan spesies lain (Thallassia
testudinum) terlihat menjadi lebih baik pada kondisi anoksik.
Larkum
et al (1989) menekankan bahwa transportoksigen ke akar mengalami penurunan
tergantung kebutuhan metabolisme sel epidermal akar dan mikroflora yang
berasosiasi. Melalui sistem akar dan rhizoma, lamun dapat memodifikasi sedimen
di sekitarnya melalui transport oksigen dan kandungan kimia lain. Kondisi ini
juga dapat menjelaskan jika lamun dapat modifikasi sistem lakunal berdasarkan
tingkat anoksia di sedimen. Dengan demikian pengeluaran oksigen ke sedimen
merupakan fungsi dari detoksifikasi yang sama dengan yang dilakukan oleh
tumbuhan darat. Kemampuan ini merupakan adaptasi untuk kondisi anoksik yang
sering ditemukan pada substrat yang memiliki sedimen liat atau lumpur. Karena
akar lamun merupakan tempat untuk melakukan metabolisme aktif (respirasi) maka
konnsentrasi CO2 di jaringan akar relatif tinggi.
A.4.2 .
Rhizoma dan batang
Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma
yang utamanya adalah herbaceous, walaupun pada Thallasodendron ciliatum
(percabangan simpodial) yang memiliki rhizoma berkayu yang memungkinkan spesies
ini hidup pada habitat karang yang bervariasi dimana spesies lain tidak bisa
hidup. Kemampuannya untuk tumbuh pada substrat yang keras menjadikan T.
Ciliatum memiliki energi yang kuat dan dapat hidup berkoloni disepanjang
hamparan terumbu karang. Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi
yang sangat tinggi tergantung dari susunan saluran di dalam stele. Rhizoma, bersama sama dengan akar,
menancapkan tumbuhan ke dalam substra. Rhizoma seringkali terbenam di dalam
substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan memiliki peran yang utama pada
reproduksi secara vegetatif dan reproduksi yang dilakukan secara vegetatif
merupakan hal yang lebih penting daripada reproduksi dengan pembibitan karena
lebih menguntungkan untuk penyebaran lamun. Rhizoma merupakan 60 – 80% biomas
lamun.
A.4.3.
Daun
Seperti
semua tumbuhan monokotil, daun lamun diproduksi dari meristem basal yang
terletak pada potongan rhizoma dan percabangannya. Meskipun memiliki bentuk
umum yang hampir sama, spesies lamun memiliki morfologi khusus dan bentuk
anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Beberapa bentuk
morfologi sangat mudah terlihat yaitu bentuk daun, bentuk puncak daun,
keberadaan atau ketiadaan ligula. Contohnya adalah puncak daun Cymodocea
serrulata berbentuk lingkaran dan berserat, sedangkan C. Rotundata datar dan halus.
Daun lamun terdiri dari dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun. Pelepah
daun menutupi rhizoma yang baru tumbuh dan melindungi daun muda.
Tetapi genus Halophila yang memiliki bentuk
daun petiolate tidak memiliki pelepah.
Anatomi yang khas dari daun lamun adalah ketiadaan stomata dan
keberadaan kutikel yang tipis. Kutikel daun yang tipis tidak dapat menahan
pergerakan ion dan difusi karbon
sehingga daun dapat menyerap nutrien langsung dari air laut. Air laut merupakan
sumber bikarbonat bagi tumbuh-tumbuhan untuk penggunaan karbon inorganik dalam
proses fotosintesis.
B.
HABITAT DAN SEBARAN LAMUN
Umum dijumpai di daerah intertidal di dekat
mangrove, dan merupakan makanan duyung Enhalus acoroides Tumbuh pada substrat berlumpur
dan perairan keruh, dapat membentuk padang lamun spesies tunggal, atau
mendominasi komunitas padang lamun Halodule
pinifolia Pertumbuhannya cepat, merupakan spesies pionir, umum dijumpai di
substrat berlumpur
Tanaman lamun bisa hidup normal dalam keadaan terbenam, dan
mempunyai sistem perakaran jangkar (rhizoma) yang berkembang baik. Mengingat
pada dasarnya tak berbeda dengan tanaman darat, maka lamun punya keunikan yaitu
memiliki bunga dan buah yang kemudian berkembang menjadi benih. Semuanya
dilakukan dalam keadaan terbenam di perairan laut. Hal inilah yang menjadi
perbedaan nyata lamun dengan tumbuhan yang hidup terbenam di laut lainnya
seperti makro-alga atau rumput laut (seaweed).
Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut
dan perairan pantai yang dasarnya bisa berupa lumpur, pasir, kerikil, dan
patahan karang mati, Pendukung lain adalah kecerahan perairan yang tinggi, suhu
yang stabil, dengan kedalaman sekitar 1– 10 meter. Malah di perairan yang
sangat jernih, beberapa jenis lamun ditemukan tumbuh di kedalaman 8 hingga 15
meter.
H.
uninervis Membentuk padang lamun spesies tunggal padarataan karang yang rusak
Halophila decipiens Dikenal sebagai makanan duyung H. minor. H. ovalis Dapat
merupakan spesies yang dominan di daerah intertidal, mampu tumbuh sampai
kedalaman 25 m H.spinulosa Merupakan makanan duyung Syringodium isoetifolium ·
Thalassia hemprichii Umum dijumpai di daerah subtidal yang dangkal dan
berlumpur .
Thalassodendron
ciliatum Paling banyak dijumpai, biasa tumbuh dengan spesies
lain, dapat tumbuh hingga kedalaman 25 m. Sering dijumpai pada substrat
berpasir. Sering mendominasi di zona subtidal dan berasosiasi dengan terumbu
karang sampai kedalaman 30 m, di lereng terumbu karang Karakteristik Ekologi
Suhu Beberapa peneliti melaporkan adanya pengaruh nyata perubahan suhu terhadap
kehidupan lamun, antara lain dapat mempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur
hara dan kelangsungan hidup lamun (Brouns dan Hiejs 1986; Marsh etal. 1986;
Bulthuis 1987)
Hampir semua tipe
substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat berlumpur sampai berbatu.
Namun padang lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur-berpasir
yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Sedangkan sistem
(organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik
disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah
perairan dangkal agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.
Contoh : Spesies lamun yang biasanya
tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,
Halophila ovalis, Halodule uninervis, Cymodocea serrulata, dan Thalassodendron
ciliatum.
EX : Tiga genus lamun yang banyak terdapat di perairan
Indonesia:
1. Halophila 2. Enhalus 3. Cymodocea
¡ Halophila
Tumbuh pada pantai berpasir, paparan terumbu, dan di
dalam subtrat pasir di wilayah pasut mulai garis pasut rata-rata sampai di
bawah garis pasut terendah
¡ Enhalus
Dijumpai tumbuh
pada wilayah di bawah garis pasut rata-rata dengan substrat dasar pasir
lumpuran. Tumbuh subur di tempat yang terlindung, di bagian bawah garis pasut
terendah
¡ Cymodocea
Tumbuh pada wilayah di bawah garis pasut rata-rata yakni
pantai bersubstrat dasar pasir dan pasir berlumpur
B.1 Sebaran Jenis Lamun
Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan laut yang
mempunyai sebaran cukup luas mulai dari benua Artik sampai kebenua Afrika dan
Selandia Baru. Jumlah jenis tumbuhan ini mencapai 58 jenis di seluruh dunk (Kuo
dan Me. Comb1989) dengan konsentrasi utama didapatkan di wilayah Indo-Pasifik.
Dari jumlah tersebut 16 jenis dari 7 margadiantaranya ditemukan di perairan
Asia Tenggara, dimana jumlah jenis terbesar ditemukan di perairan Filipina (16
jenis) atau semua jenis yang ada di perairan Asia Tenggara ditemukan juga di
Filipina.
Dua
hipotesis yang saling bertolak belakang yang digunakan untuk menjelaskan
penyebaran lamun adalah :
1. Hipotesis Vikarians dan 2. hipotesis pusat asal usul.
(
1) Hipotesis vikarians
dikemukakan
oleh McCoy dan Heck (1976),berdasarkan lempeng tektonik, perubahan iklim, dan
juga pertimbangan ekologi seperti kepunahan dan hubungan spesies-habitat.
Berdasarkan penyebaran terumbu karang (sklerektinia), lamun, dan mangrove,
McCoy dan Heck ( 1976) menyimpulkan bahwa : pola biogeography lebih baik
dijelaskan oleh keberadaan penyebaran biota secara luas pada waktu sebelumnya
yang telah mengalami perubahan akibat kejadian tektonik, speciation, dan
kepunahan, bersama dengan geologi modern dan teori biogeografi.
2) hipotesis pusat asal usul
berpendapat bahwa pola distribusi lamun dapat
dijelaskan dari penyebarannya yang merupakan radiasi yang berasal dari lokasi
yang memiliki keanekaragaman yang paling tinggi yang disebut pusat asal usul
(den Hartog, 1970).
Hipotesis ini
berpendapat bahwa & ldquo;Malinesia” (termasuk kepulauan
Indonesia, Kalimantan-Malaysia, Papua Nugini, dan Utara Australia) merupakan
pusat asal usul penyebaran lamun.Mukai (1993) menunjukkan bahwa pola penyebaran
modern dari lamun di barat Pasifik merupakan fungsi dari arus laut dan jarak
dari pusat asal usul (Malesia).
Datanya menjelaskan bahwa jika mengikuti arus laut
utama yang berasal dari
pusat
asal usul (Malesia) dengan keanekaragaman lamun tinggi, maka akan terjadi
penurunan keanekaragaman lamun secara progresif kearah tepi (Jepang, Selatan
Quensland, Fiji) yang memiliki lebih sedikit jenis lamun tropis.
Yang perlu dicermati bahwa distribusi lamun
sepanjang utara-mengalirnya Kuroshio dan selatan-aliran timur arus Australia
juga merefleksikan gradient lintang.
Di
Indonesia ditemukan jumlah jenis lamun yang relatif lebih rendah dibandingkan
Filipina, yaitu sebanyak 12 jenis dari 7 marga. Namun demikian terdapat dua
jenis lamun yang diduga ada di Indonesia namun belum dilaporkan yaitu Halophila beccarii dan Ruppia maritime* (Kiswara 1997).
DISTRIBUSI LAMUN SECARA UMUM
Tumbuhan
lamun tumbuhan di perairan laut dangkal,dan tersebar luas mulai dari utara
,bebua afrika sampai ke sebelah seelatan
benua afrikadan New Zealand ,mereka terkosent rasi di dua daerah utama ,yaitu Indo Fasefik dan
pantai-pantai amerika tengah ,(menurut Den Denhartog 1970 ).tumbuhan lamun di
dunia terdiridari dua family,12 genera dengan 49 s m,mpesis.
Dari 12 genera
tersebut 7di antaranya hidup di perairan
tropis yaitu :Enhalus,Thalassi,halodule,Cymodocea,Syringodium ,dan Thalassodendrom,lebih
lanjut distribusi tumbuhan lamun di dunia dapat di lihat pada table di bawah
ini..
Famili
dan subfamili
|
Genera
dan subgenera
|
Spesies
|
Junlah
Spesies
|
Distribusi
|
potamagetonaceae
Posidoniodeae
Cymodoceoideae
Cymodoceoidae
Hydrocharitaceae
Vallisnerioideae
Thallassioideae
Halophiloideae
|
Zostera
Zosterlla
Plyllopadix
Hetorozostera
Posidonia
Holodule
Cymodocea
Syingodium
thalassodendrom
Amphibolis
Enhalus
Thalassia
Halophila
|
Z.
marina
Z.caulescens
Z.asiatica
Z.caspitosa
Z.capricomi
Z.mucronata
Z.capsensis
Z.muelleri
Z.capricomi
Z.novazelandica
Z.nolti
Z.japonica
Z.americana
P.torreyi
P.scouleri
P.serrulatus
P.iwatensis
P.japonicus
H.tasmonica
P.oceanica
p.australis
p.ostenfeldii
H.universis
H.buedettei
H.wrigthii
H.bermudensis
H.ciliata
H.pinifolia
C.nodosa
C.rotundata
C.serrulata
C.pinifolia
S.isoitifolia
S.filiforme
Th.ciliatum
Th.pachyrhizus
A,antorcrica
A.griffitthii
E.acoroides
T.testudium
T.hemprichii
H.ovalis
H.ovata
H.decipiens
H.decipens
H.stipulacea
H.beccarii
H.stipulacea
H.beccarii
H.spinulosa
H.engelmanni
H.baillonis
|
13
5
1
3
6
4
2
2
2
2
8
|
Pasifik
utara dan Atlantik utara
Sebelah
utara dan selatan laut temperate,meluas sampai ke perairan tropis
Pasifik
utara
Sepanjang
pantai selatan Austaralia termasuk Tasmania
Mediterranean
periran ekstropik Australia
Sepanjang
npantae selurus laut tropis atlantik
dan Indo-pasifik
Laut-laut
di daerah tropis dan subtropics.
Indo-Pasifik
Caribbean
Daerah
tropis di Indo-pasifik .Daerah kecil ekstratropik di sebelah barat Australia
Sepanjang
pantai selatan dan barat Australia dan Tasmania
Laut
hindia dan bagian tropis barat
Caribbean
dan gulf mexico Seluruh daerah tropis di laut hindia dan bagian barat
fasifik.
Seluruh
laut tropis meluas sampai ke perairan
subtropis dan tempete yang hangat.
|
Species
lamun diketahui juga menyebar secara
vertical pada zona pasang (den hartog
1970 ).Sebagai contoh ,species holodule dan holophila,umumnya tersebar di
daerah intertidal yang tertinggi sampai
subtidal yang terendam ,Thalassia dan Cymodocea tersebar di sekitar intertidal
sampai ke subtidal teratas,sedangkan Posidonia dan Syringodium cenderung
tersebar di daerah subtidal.
B.2
Parameter lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan
ekosistem padang lamun adalah sebagai berikut :
a. Kecerahan
Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk
melaksanakan proses fotosintesis. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang
menunjukkan bahwa distribusi padang lamun hanya terbatas pada perairan yang
tidak terlalu dalam,jika suatu perairan mendapat pengaruh
akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air
yang akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses
fotosintesis. Kondisi ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem
lamun.
b. Temperatur
Walaupun padang lamun secara geografis tersebar luas yang
diindikasikan oleh adanya kisaran toleransi yang luas terhadap temperatur. Pada
kenyataannya sepsis lamun di daerah tropic mempunyai toleransi yang rendah
terhadap perubahan temperatur. Kisaran temperatur optimal bagi spesies lamun
adalah 28 – 30oC.
c. Salinitas
Kisaran
salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10 – 40 ‰ dan nilai
optimumnya adalah 35 ‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk
melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga
terhadap jenis dan umur. Lamun yang tua
dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh
terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih.Salah satu factor yang menyebabkan
rusaknya ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas.
d. Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe substrat, mulai
dari Lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari endapan Lumpur halus sebesar
40%. Kedalaman substrat berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencakup
dua hal, yaitu pelindung tanaman dari arus laut, dan tempat pengolahan serta
pemasok nutrient.0
e. Kecepatan
Arus Perairan
Produktivitas padang lamun juga
dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5
m/detik, jenis Turtle grass mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.
B.3 FAKTOR PEMBATAS
Pada perairan pantai
yang keruh, maka cahaya merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produksi
lamun (Hutomo 1997). Hamid (1996) melaporkan adanya pengaruh nyata kekeruhan
terhadap pertumbuhan panjang dan bobot E.acoroides.
a.Kedalaman
Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun
secara vertikal. Lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga
mencapai kedalaman 30m. Zona intertidal dicirikan oleh tumbuhan pionir yang
didominasi oleh Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia,
Sedangkan Thalassodendron ciliatum mendominasi zona intertidal bawah (Hutomo
1997).
Selain itu, kedalaman perairan juga berpengaruh
terhadap kerapatan dan pertumbuhan lamun. Brouns dan Heijs (1986) mendapatkan
pertumbuhan tertinggi E. acoroides pada lokasi yang dangkal dengan suhu tinggi.
Selain itu di Teluk Tampa Florida ditemukan kerapatan T.
testudinwn
tertinggi pada kedalaman sekhar 100 cm dan menurun sampai pada kedalaman 150 cm
(Durako dan Moffler 1985).
b.Nutrien
Dinamika nutrien memegang peranan kunci pada
ekosistem padang lamun dan ekosistem lainnya. Ketersediaan nutrient menjadi
fektor pembatas pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamun pada perairan yang
jernih (Hutomo 1997).
Unsur N dan P sedimen berada dalam bentuk terlarut
di air antara, terjerap/dapat dipertukarkan dan terikat. Hanya bentuk terlarut
dan dapat dipertukarkan yang dapat dimanfeatkan oleh lamun (Udy dan Dennison
1996).
Dhambahkan bahwa
kapasitas sedimen kalsium karbonat dalam menyerap fosfat sangat dipengaruhi
oleh ukuran sedimen, dimana sedimen hahis mempunyai kapasitas penyerapan yang
paling tinggi.Di Pulau Barang Lompo kadar nitrat dan fosfet di air antara lebih
besar dibanding di air kolom, dimana di air antara
Penyerapan nutrien oleh lamun dilakukan oleh daun
dan akar. Penyerapan oleh daun umumnya tidak terlalu besar terutama di daerah
tropik (Dawes 1981). Penyerapan nutrien dominan dilakukan oleh akar lamun
(Erftemeijer 1993).
Mellor et al. (1993) melaporkan tidak ditemukannya
hubungan antara faktor biotik lamun dengan nutrien kolom air.
c. Substrat
Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik
substrat. Di Indonesia padang lamun dikelompokkan ke dalam enam kategori
berdasarkan karakteristik tipe substratnya, yaitu :
lamun yang hidup di substrat lumpur, lumpur
pasiran,pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang (Kiswara 1997).
. Kebutuhan substrat yang utama bagi
pengembangan padang lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peranan
kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal yaitu : pelindung
tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien.
Tipe substrat juga mempengaruhi standing crop lamun
(Zieman 1986). Selain itu rasio biomassa di atas dan dibawah substrat sangat
bervariasi antar jenis substrat. Pada Thalassia, rasio bertambah dari 1 : 3
pada lumpur halus menjadi 1 : 5 pada lumpur dan 1 : 7 pada pasir kasar
(Burkholder et al. 1959 dalam Zieman 1986).
C.
MANFAAT
PADANG LAMUN
Menurut Azkab (1988), ekosistem
lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling
produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam
menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil
penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal
sebagai berikut:
C.1. Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat
produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang
ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al.
1975). Lamun
memiliki tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan
ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkal seperti ekosistem terumbu karang
(Thayer et al. 1975). Sebagai habitat
biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel
berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun
(seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan herbivora dan
ikan-ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).Sebagai penangkap
sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus
dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu,
rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedmen, sehingga dapat
menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun disini
berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat mencegah erosi (Gingsuburg
& Lowestan, 1958). Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan
penting dalam endauran berbagai zat hara
dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang
dibutuhkan oleh algae epifit. Sedangkan menurut Philips & Menez (1988),
ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif, ekosistem
lamun pada perairan dangkal berfungsi sebagai
Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui tekanan–tekanan dari arus dan gelombang.Daun-daun memperlambat dan
mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.Memberikan
perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang
lamun. Daun–daun sangat embantu organisme-organisme epifit. Mempunyai
produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi. Menfiksasi karbon yang sebagian
besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
C.2. Sebagai habitat biota
Padang lamun merupakan ekosistem
yang tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup
tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan,
Krustasea, Moluska ( Pinna sp., Lambis sp., dan Strombus sp.), Ekinodermata
(Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Arcbaster sp., Linckia sp.) dan
cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).
Selain mempunyai peran sebagai
produktivitas primer, lamun juga mempunyai peran penting lain yang mengakibatkan
biota disekitar padang lamun memiliki keanekaragaman yang tinggi. Berikut biota
yang sering ditemukan dalam ekosistem padang lamun.
a. Makropifit Bentik.
Lamun berasosiasi dengan berbagai varietas makroalga.
Sebagai contoh Kiswara (1991) melaporkan bahwa Gracillaria lichenoides yang
bernilai ekonomis penting merupakan salah satu makropifit yang dominan pada
padang lamun dekat Lontar, Jawa Barat. Di Filipina asosiasi lamun dengan
makropifit merupakan sumberdaya ekonomis penting, dipanen untuk produksi agar
(contohnya Gracillaria dan Gelidiella), pakan ternak, pupuk dan alginate
(contohnya Sargassum spp.) (Fortes 1990a). Di Salabanka, Sulawesi Tengah,
pertanian rumput laut di daerah laguna didominasi oleh komunitas lamun campuran
menjadi aktifitas ekonomis penting. Pada studi komunitas lamun jangka panjang
yang dilakukan di Kepulauan Spermonde, Verheij dan Erftemeijer (1993) mencatat
117 spesies makroalga yang berasosiasi dengan Padang Lamun di lima habitat
berbeda.
b. Epifit Lamun.
Istilah epifit lamun mengacu bagi seluruh organisme
autotrofik (yaitu, produsen primer) yang tinggal menetap di bawah permukaan
(air) menempel pada rhizoma, batang dan daun lamun. Bagaimanapun istilah ini
sering digunakan mengacu pada semua organisme (hewan atau tumbuhan) yang
berkembang di lamun (Russel 1990). Kita lebih memilih istilah epifauna bagi
semua organisme heterotrofik yang menempel pada bagian lamun di bawah sedimen,
sementara infauna disebut bagi organisme yang hidup pada sedimen diantara
rhizoma/jaringan akar lamun. Daun lamun sering terdapat kelimpahan epifit yang
paling melimpah, karena lamun memiliki substrat stabil dengan akses cahaya,
nutrien dan pertukaran air. Tidak seperti rumput laut lainnya (contohnya
Phaeophyta), lamun tidak memiliki pertahanan kimia yang kuat (contohnya
campuran phenolic) yang meyebabkan mrereka dapat dimanfaatkan sebagai substrat
hidup bagi berbagai organisme menetap dan bergerak.
Komunitas epifitik dan epibentik merupakan komponen turunan
dari lingkungan tiga dimensi lamun dengan menyediakan sumber makanan bagi
sejumlah invertebrata serta vertebrata perumput. Klumpp et al. (1992)
menunjukkan bahwa pada terminologi nilai nutrisi, komunitas epifit jauh lebih
utama daripada lamun (rasio C:N epifit adalah 9:18; rasio C:N lamun adalah
17:30). Biomasa besar epifit lamun ini sangat menambahkan bagi keseluruhan
nilai nutrisional tumbuhan. Meskipun demikian, Birch (1975) membandingkan
padang lamun tropis dengan padang rumput miskin nutrisi.
c. Fauna.
Komunitas lamun dihuni oleh banyak jenis hewan bentik,
organisme demersal serta pelagis yang menetap maupun yang tinggal sementara
disana. Spesies yang sementara hidup di lamun biasanya adalah juvenil dari
sejumlah organisme yang mencari makanan serta perlindungan selama masa kritis
dalam siklus hidup mereka, atau mereka mungkin hanya pengunjung yang datang ke
padang lamun setiap hari untuk mencari makan.
Banyak spesies epibentik baik yang tinggal menetap maupun
tinggal sementara yang bernilai ekonomis, udang dan udang-udangan adalah yang bernilai
ekonomis paling tinggi. Sebagai penjelas, dan bukan karena alasan ekologi
maupun biologi tertentu, ada empat kelompok besar fauna yang diketahui : 1)
Infauna (hewan yang hidup didalam sedimen); 2) Fauna Motil (fauna motil
berasosiasi dengan lapisan permukaan sedimen; 3) Epifauna Sesil (organisme yang
menempel pada bagian lamun); dan Fauna Epibentik Fauna (fauna yang berukuran
besar dan bergerak diantara lamun) (Howard et al. 1989).
d. Meiofauna.
Susetiono (1994) melaporkan pada asosiasi fauna dengan
Padang Lamun Enhalus acoroides monospesifik di pesisir Selatan Lombok. Infauna
sedimen terdiri dari Nematoda, Foraminifera, Copepoda, Ostracoda, Turbelaria
dan Polychaeta. Tingginya kelimpahan Nematoda (seperti indeks rasio kelimpahan
Nematoda:Copepoda) mengindikasikan kelimpahan nutrien yang sering berasosiasi
dengan land runoff. Meiofauna yang muncul secara aktif adalah Copepoda,
Nematoda, Amphipoda, Cumacea, dan Ostracoda. Tingkat analisis umum-atau
spesies-belum dilakukan sedemikian jauh. Berdasarkanpada informasi yang
tersedia dari Teluk Kuta, Susetiono (1994) mengkonstruksikan jaring makanan
sederhana pada Padang Lamun Enhalus acoroides.
Foraminifera bentik merupakan komponen penting pada
komunitas lamun, tetapi hanya mendapatkan sedikit perhatian (Suhartati 1994).
Di Kepulauan Seribu patch reef kompleks, padang lamun melimpah dan sering
didominasi oleh asosiasi Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii (Azkab
1991). Foraminifera bentik pada kedua asosiasi spesies ini didominasi oleh
subordo Miliolina dan Rotaliina (Suhartati 1994). Milionid berkarakteristik
lembut, test porselin yang mengandung kristal kalsit, sementara Rotaliinid
seperti kaca, test berdinding ganda yang mengandung lapisan tipis kalsit hialin
radial
.
e. Krustase.
Krustasea yang berasosiasi dengan lamun merupakan komponen
penting dari jaring makanan di lamun. Bentuk krustase infaunal maupun epifunal
berhubungan erat dengan produsen primer dan berada pada tingkatan trofik yang
lebih tinggi, karena selama masa juvenil dan dewasa mereka merupakan sumber
makanan utama bagi berbagai ikan dan invertebrata yang berasosiasi dengan
lamun. Studi analisis gut terbaru dari ikan yang berasosiasi dengan lamun di
pesisir selatan Lombok (Pristiwadi 1994), mendemonstrasikan bahwa krustase
merupakan sumber makanan dominan.
Padang lamun diketahui merupakan habitat kritis bagi udang
penaeid komersial penting (seperti Penaeus esculentus dan P. semisulcatus)
(Bell dan Pollard 1989; Coles et al. 1993; Mellors dan Marsh 1993; Watson et
al. 1993) dan lobster berduri (Panulirus ornatus). (Bell dan Pollard
1989; Poiner et al. 1989), yang tergantung pada lamun sebagai tempat mencari
makan serta berlindung selam masa postlarva dan juvenil dari siklus hidup
mereka.
f. Moluska.
Moluska adalah salah satu kelompok makroinvertebrata yang
paling banyak diketahui berasosiasi dengan lamun di Indonesia, dan mungkin yang
paling banyak diksploitasi. Sejumlah studi tentang moluska di daerah subtropik
telah menunjukkan bahwa moluska merupakan komponen yang paling penting bagi
ekosistem lamun, baik pada hubungannya dengan biomasa dan perannya pada aliran
energi pada sistem lamun (Watson et al. 1984). Telah didemonstrasikan bahwa 20%
sampai 60% biomasa epifit pada padang lamun di Filipina dimanfaatkan oleh
komunitas epifauna yang didominasi oleh gastropoda (Klumpp et al. 1992).
Bagaimanapun, peranan mereka pada ekosistem almun di Indonesia relative belum
diketahui. Moluska utama pada padang lamun subtropis adalah detrivor dengan
sangat sedikit yang langsung memakan lamun (Kikuchi 1980). Gastropoda cenderung
memakan perifiton (Klumpp et al. 1989).
g. Echinodermata.
Hewan Echinodermata adalah komponen komunitas bentik di lamun
yang lebih menarik dan lebih memiliki nilai ekonomi. Lima kelas echinodermata
ditemukan pada ekosistem lamun di Indonesia. Dibawah ini urutan Echinodermata
secara ekonomi : 1. Holothuroidea (timun laut atau teripang); 2. Echinoidea
(bulu babi); 3. Asteroidea (Bintang laut); 4. Ophiuroidea (Bintang Laut Ular);
5. Crinoidea . Dari lima kelas yang ada, Echinoidea adalah kelompok yang paling
penting di ekosistem lamun karibia, karena mereka adalah kelompok pemakan yang
utama (Lawrance 1975, Greenway 1976).
Echinodermata
pada umumnya, dengan pengecualian beberapa holothuroidea, makan pada malam
hari. Bagaimanapun, Klummp et al. (1993) dilaporkan bahwa Tripneustes
gratilla dan Salmacis sphaeroides makan secara terus menerus siang
dan malam, tanpa bukti yang berkala. Mereka mencari sampai ke dasar substrat,
memakan alga, serasah lamun dan daun lamun yang masih hidup (Klumpp et al.,
1993).
h. Ikan
Di sepanjang jarak distribusinya, ekosistem lamun, baik yang
luas ataupun sempit adalah habitat yang penting bagi bermacam-macam spesies
ikan (Kikuchi, 1980; Pollard 1984; Bell dan Pollard 1989). Pada resensi,
asosiasi ikan di lamun, mereka Bell dan Pollard (1989) mengidentifikasi 7
karakteristik utama kumpulan ikan yang berasosiasi dengan lamun. Berdasarkan
Bell dan Pollard (1989) dengan beberapa perubahan,
karakteristik-karakteristiknya adalah :
1. Keanekaragaman dan kelimpahan ikan
di padang lamun biasanya lebih tinggi daripada yang berdekatan dengan substrat
kosong.
2. Lamanya asosiasi ikan-lamun
berbeda-beda diantara spesies dan tingkatan siklus hidup.
3. Sebagian besar asosiasi ikan dengan
padang lamun didapatkan dari plankton, jadi padang lamun adalah daerah asuhan
untuk bnyak spesies yang mempunyai nilai ekonomi penting.
4. Zooplankton dan epifauna krustasean
adalah makanan utama ikan yang berasosiasi dengan lamun, dengan tumbuhan,
pengurai dan komponen infauna dari jarring-jaring makanan di lamun yang
dimanfaatkan oleh ikan
5. Perbedaan yang jelas (pembagian
sumberdaya) pada komposisi spesies terjadi dibanyak padang lamun.
6. Hubungan yang kuat terjadi antara
padang lamun dan habitat yang berbatasan, kelimpahan relatif dan komposisi
spesies ikan di padang lamun menjadi tergantung pada tipe (terumbu karang,
estuaria, mangrove) dan jarak dari habitat yang terdekat, seperti pada siklus
malam hari.
7. Kumpulan ikan dari padang lamun yang
berbeda seringkali berbeda juga, walaupun dua habitat itu berdekatan.
Hutomo dan Martosewojo (1977) membagi kumpulan ikan yang
berasosiasi dengan lamun di Pulau Pari menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Penghuni tetap, dengan memijah dan
menghabiskan sebagian besarhidupnya di padang lamun (contohnya Apogon
margaritoporous).
2. Menetap dengan menghabiskan hidupnya
di padang lamun dari juvenile sampai siklus hidup dewasa, tetapi memijah di
luar padang lamun (contoh : Halichoeres leparensis, Pranaesus duodecimalis,
Paramia quinquilineata, Gerres macrosoma, Monachantus tomentosus, M.hajam,
Hemiglyphidodon plagyometopon, Synadhoides biaculeatus)
3. Menetap hanya pada saat tahap
juvenile (contoh : Siganus canaliculatus, S.virgatus, S.chrysospilos,
Lethrinus spp, Scarus spp, Abudefduf spp, Monachnthus mylii, Mulloides
samoensis, Pelates quadrilineatus, Upeneus tragula) dan
4.
Menetap
sewaktu-waktu atau singgah hanya mengunjungi padang lamun untuk berlindung atau
mencari makan.
C.3. Sebagai penangkap sedimen
Daun lamun yang lebat akan
memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di
sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan
dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan.
Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi
( Gingsburg & Lowestan 1958).
C.4. Sebagai pendaur zat hara
Lamun memegang peranan penting dalam
pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut.
Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit. Sedangkan menurut
Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem
bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara
lain:
1. Menstabilkan dan menahan
sedimen–sedimen yang dibawa melalui I tekanan–tekanan dari arus dan gelombang.
2. Daun-daun memperlambat dan
mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
3. Memberikan perlindungan terhadap
hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
4. Daun–daun sangat membantu
organisme-organisme epifit.
5. Mempunyai produktifitas dan
pertumbuhan yang tinggi.
6.
Menfiksasi
karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
C.5
. fungsi padang lamun secara ekologis
padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting
bagi wilayah pesisir, yaitu : Produsen detritus dan zat hara. Mengikat sedimen
dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang padat dan
saling menyilang. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan
memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya
di lingkungan ini. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang
lamun dari sengatan matahari. Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis
yang sangat khusus dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang.
Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di
dataran lumpur/pasir
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat
hutan bakau atau di dataran terumbu karang
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di
perairan tenang dan terlindung
4.
Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
5. Mampu melakukan proses metabolisme secara
optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif
6. Mampu hidup di media air asin
7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang
baik.
Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang
ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan. Lamun (seagrass) adalah
kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkeping tunggal
(Monokotil) yang mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air laut
(Sheppard et al.1996). Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah
pasang surut sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat
mencapai dasar laut (Sitania, 1998). Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun
merupakan salah satu ekosistem di laut
dangkal yang paling produktif. Di samping itu juga ekosistem lamun
mempunyai peranan penting dalam
menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai
berikut :
Selanjutnya dikatakan Philips &
Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat baik secara tradisional maupuin secara modern. Secara tradisional
lamun telah dimanfaatkan untuk :
1. Digunakan untuk kompos dan pupuk , 2, Cerutu dan mainan anak-anak
3, Dianyam menjadi
keranjang ,4, Tumpukan untuk pematang
5, Mengisi kasur 6, Ada yang dimakan
7, Dibuat jaring ikan
Pada
zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
1. Penyaring limbah 2, Stabilizator pantai 3,Bahan untuk pabrik kertas
4, Makanan 5,
Obat-obatan 6. Sumber
bahan kimia.
Lamun kadang-kadang membentuk suatu
komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas
lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun yang
dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang
lamun masih belum banyak dikenal baik pada kalangan akdemisi
maupun masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti
ekosistem terumnbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem
tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam
menjalankan fungsi ekologisnya
D.RANTAI MAKANAN DI PADANG LAMUN
1.
Pada ekosistem padang lamun,
rantai
makanan terdiri dari berbagai tingkatan trofik yang mencakup proses dan
pengangkutan detritus organik dari ekosistem lamun menuju konsumen yang lain.
Gambar dibawah ini adalah rantai makanan dan energi pada ekosistem padang lamun
di laut.
Gambar 2. Rantai Makanan Pada Ekosistem Padang Lamun
Sumber : http://kurnia-geografi.blogspot.com
Dari gambar diatas dapat dijelaskan
bahwa sumber energi utama pada ekosistem padang lamun adalah cahaya matahari.
Cahaya tersebut digunakan oleh lamun dan fitoplankton sebagai produsen untuk
berfotosintesis. Setelah itu rantai makanan tersebut dibagi dalam 2 bagian,
yaitu rantai makanan detritus dan rantai makanan merumput.
Pada rantai makanan detritus,
guguran daun sebagai sumber nutrient yang diurai oleh bakteri, kemudian
detritus itu dimakan oleh cacing, udang dan kepiting yang sebagai konsumen
pertama. Setelah itu hewan-hewan tersebut dimakan oleh ikan sedang sebagai
konsumen tingkat dua. Konsumen tingkat kedua pun dimakan oleh ikan besar. Ikan
hiu dan burung laut sebagai predator yang menduduki tingkatan trofik paling
tinggi memakan konsumen tingkat dua dan ikan besar sebagai konsumen tingkat
tiga. Saat predator tersebut mati dan jasadnya akan diurai oleh bakteri sebagai
detrivor yang menguraikan materi dari bangkai predator tersebut, agar detrivor
itu akan dikonsumsi kembali oleh konsumen pertama dan begitulah seterusnya.
Guguran
daun tidak semua menjadi detritus, karena ada juga sebagian yang menjadi bahan
organik terlarut dan bahan organik tersebut akan dimanfaatkan oleh fitoplankton
yang sebagai produsen. Produsen tersebut akan dikonsumsi oleh zooplankton yang
sebagai konsumen pertama. Setelah itu zooplankton tersebut akan dimakan oleh
ikan kecil yang sebagai konsumen tingkat dua. Ikan kecil ini akan kembali
dimakan oleh ikan sedang dan pada akhirnya transport energi dan materi akan
masuk kedalam rantai makanan detritus. Sumber bahan organik terlarut tidak
hanya berasal dari dalam ekosistem tetapi ada juga yang berasal dari ekosistem
terumbu karang dan mangrove.
Sedangkan
pada rantai makanan merumput, sumber nutriennya secara langsung adalah tumbuhan
lamun itu sendiri yang daunnya dimakan oleh konsumen tingkat pertama yaitu
dugong, penyu, ikan beronang dan bulu babi. kemudian konsumen tingkat pertama
ini dimakan oleh predator kecuali bulu babi, ia dimakan oleh ikan buntal
sebagai konsumen kedua.Selain rantai makanan pada ekosistem padang lamun, di
laut juga terdapat rantai makanan lainnya dan salah satunya adalah rantai
makanan pada ekosistem mangrove, yang akan dijelaskan pada blog teman
saya Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab dapat merusak
ekosistem padang lamun dan hal itu pun dapat merusak rantai makanan yang
terjadi didalamnya. Jika saja terjadi kerusakan tingkatan trofik atau produsen
akan memutuskan rantai makanan dan keseimbangannya terganggu. Maka dari itu
kita sebagai manusia harus merawat dan menjaga kelestarian ekosistem yang
berada di laut seperti ekosistem lamun, terumbu karang dan lamun.
E. DAMPANG KERUSAKAN PADANG
LAMUN
Lamun pada
umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang homogen. Lamun terlihat mempunyai kaitan
dengan habitat dimana banyak lamun (Thalassia) adalah substrat dasar
dengan pasir kasar. Menurut Haruna (Sangaji, 1994) juga mendapatkan Enhalus
acoroides dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit
berlumpur dan kadang-kadang terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran
pecahan karang yang telah mati. Keberadaan lamun pada kondisi habitat
tersebut, tidak terlepas dan ganguan atau ancaman-ancaman terhadap kelangsungan
hidupnya baik berupa ancaman alami maupun ancaman dari aktivitas manusia.
Kerusakan yang terjadi pada padang
lamun dapat disebabkan oleh natural stress dan anthrogenik stress. Natural
stress bisa disebabkan gunung meletus, sunami, kompetisi, predasi. Sedangkan anthrogenik
stress bisa disebabkan :
·
Perubahan
fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.
·
Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat
menutupi lamun dalam memperoleh sinar matahari).
·
Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove
untuk tambak).
·
Water
polution (logam
berat dan minyak).
· Over fishing (pengambilan ikan yang
berlebihandan cara penangkapannya yang merusak.
Selain itu juga limbah pertanian, industri, dan rumah
tangga yang dibuang ke laut, pengerukan lumpur, lalu
lintas perahu yang padat, dan lain-lain kegiatan manusia dapat mempengaruhi
kerusak lamun. Di
tempat hilangnya padang lamun, perubahan yang dapat diperkirakan menurut
Fortes (1989), yaitu:
1. Reduksi detritus dari daun lamun
sebagai konsekuensi perubahan dalam jaring-jaring makanan di daerah pantai dan
komunitas ikan.
2. Perubahan dalam produsen primer yang
dominan dari yang bersifat bentik yang bersifat planktonik.
3. Perubahan dalam morfologi pantai
sebagai akibat hilangnya sifat-sifat pengikat lamun.
4. Hilangnya struktural dan biologi dan
digantikan oleh pasir yang gundul.
Banyak
kegiatan atau proses dari alam maupun aktivitas manusia yang mengancam kelangsungan
hidup ekosistem lamun seperti berikut :
1.
Dampak kegiatan manusia pada
ekosistem padang lamun (Bengen, 2001)
Kegiatan
|
Dampak Potensial
|
|
|
Selain beberapa ancaman tersebut,
kondisi lingkungan pertumbuhan juga mempengaruhi kelangsungan hidup suatu
jenis lamun, seperti yang dinyatakan oleh Barber (1985)
bahwa temperatur yang baik untuk mengontrol produktifitas lamun
pada air adalah sekitar 20 sampai dengan 300C untuk jenis
lamun Thalassia testudinum dan sekitar 300C
untuk Syringodium filiforme. Intensitas cahaya untuk laju
fotosintesis lamun menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya suhu
dari 290C sampai 350C untuk Zostera marina,
300C untuk Cymidoceae nodosa dan 25-300C
untuk Posidonia oceanica.
Kondisi
ekosistem padang lamun di perarain pesisir Indonesia sekitar 30-40%. Di
pesisir pulau Jawa kondisi ekosistem padang lamun telah mengalami
gangguan yang cukup serius akibat pembuangan limbah indusri dan
pertumbuhan penduduk dan diperkirakan sebanyak 60% lamun telah mengalami
kerusakan. Di pesisir pulau Bali dan pulau Lombok ganguan bersumber dari penggunaan
potassium sianida dan telah berdampak pada penurunan nilai dan kerapatan
sepsiens lamun (Fortes, 1989).
Selanjutnya
dijelaskan oleh Fortes (1989) bahwa rekolonialisasi ekosistem padang
lamun dari kerusakan yang telah terjadi membutuhkan waktu antara 5-15
tahun dan biaya yang dibutuhkan dalam mengembalikan fungsi ekosistem padang
lamun di daerah tropis berkisar 22800-684.000 US $/ha. Oleh karena itu
aktiviras pembangunan di wilayah pesisir hendaknya dapat
memenimalkan dampak negatif melalui pengkajian yang mendalam pada tiga
aspek yang tekait yaitu: aspek kelestarian lingkungan, aspek ekonomi dan aspek
sosial.
Ancaman kerusakan ekosistem padang lamun di perairan
pesisir berasal dari aktivitas masyarakat dalam mengeksploatasi sumberdaya
ekosistem padang lamun dengan menggunakan potassium sianida, sabit dan gareng
serta pembuangan limbah industri pengolahan ikan, sampah rumah tangga dan pasar
tradisional. Dalam hal ini Fauzi (2000) menyatakan bahwa dalam menilai dampak
dari suatu akifitas masyarakat terhadap kerusakan lingkungan seperti ekosistem
padang lamun dapat digunakan dengan metode tehnik evaluasi ekonomi yang dikenal
dengan istilah Environmental Impact Assesment (EIA). Metode ini
telah dijadikam istrumen universal dalam mengevaluasi dampak lingkungan
akibat aktivitas pembangunan, disamping itu metode evaluasi ekonomi dapat
menjembatani kepentingan ekonomi masyarakat dan kebutuhan ekologi dari sumber
daya alam.
F.PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN PADANG LAMUN
Permasalahan
dan isu pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan dalam hal ini ekosistem
padang lamun, secara umum sedang dihadapi di Indonesia, bahkan juga sama dengan
yang terjadi di beberapa negara berkembang lainnya. Walaupun dalam skala mikro
bisa jadi tidak terlalu persis karena perbedaan sosial ekonomi dan budaya.
Karena itu, isu persoalan seperti kemiskinan, konflik interes antar lembaga,
rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, pencemaran laut dan
pesisir, keterbatasan dana pengelolaan merupakan persoalan yang sedang
dihadapi. (PKSPL,
1999).
Disadari bahwa padang lamun
memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dengan demikian, mempertahankan
areal-areal padang lamun, termasuk tumbuhan dan hewannya, sangat penting untuk
pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, akhir-akhir ini, tekanan penduduk
semakin meningkat akan sumberdaya laut menjadi faktor utama dalam perubahan
lingkungan ekosistem di laut.
Yang menjadi kelemahan adalah bahwa selama ini
banyak masyarakat yang menganggap bahwa areal pesisir mutlak merupakan milik
umum yang sangat luas yang dapat mengakomodasi segala bentuk kepentingan
termasuk kegiatan yang berbahaya sekalipun. Ini suatu kelemahan cara berpikir
dan pengetahuan yang dapat mengancam keberlangsungan sumber daya pesisir dan laut
salah satunya adalah ekosistem padang lamun.
Meskipun beberapa areal ekosistem
pesisir termasuk areal padang lamun di Indonesia telah dimasukan ke dalam suatu
kawasan lindung, namun pada kenyataan di lapangan menunjukkan banyak
diantaranya yang masih mendapat tekanan yang cukup berarti. Sebagai upaya
pemecahan, kini pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kelautan dan
Perikanan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya
berusaha mengembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak, yaitu
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu atau Integrated Coastal
Management (ICM).
Pengeloaan pesisir secara terpadu
memerlukan justifikasi yang bersifat komprehensip dari subsistem-subsistem yang
terlibat di dalamnya. misalnya implikasi terhadap lingkungan, ekologi, ekonomi
dan sosial budaya dalam perspektif mikro maupun makro. Pembangunan hendaknya
mempertimbangkan keterpaduan antar unsur ekologi, ekonomi dan sosial.Pada
lingkunag pesisir, memiliki kendala khusus dalam melihat implikasi dari suatu
strategi pengelolaan, hal ini disebabkan karena adanya bermacam-macam aktivitas
dan kelompok masyarakat sebagai pengguna, seperti rencana pengelolaan yang
dibuat oleh pemerintah sering tidak dapat mencakup semua kepentingan
masayarakat dan sebaliknya masyarakat menganggap sumber alam sebagai open
acces resources (Raharjo, 1996)
Namun yang paling penting dalam
pengelolaan ekosistem di dalam wilayah pesisir harus diingat, bahwa suatu
ekosistem di wilayah pesisir tidak berdiri sendiri atau diantara beberapa
ekosistem saling terkait baik secara biogeofisik, maupun secara
sosioal-ekonomi; dan kelangsungan hidup suatu ekosistem juga sangat tergantung
pada aktifitas manusia di darat yang dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat
setempat. Dengan demikian, upaya konservasi dan pelestarian serta pengunaan
sumber daya ekosistem lamun yang berkelanjutan memerlukan pengelolaaan secara
terpadu memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumber daya alam jasa-jasa
lingkungan pesisir dan laut dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive
assesment), merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta
mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang
optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan
secara kontinyu dan dinamis dangan mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi budaya
dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah area pesisir (stakeholder)
serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.
Pelestarian ekosistem padang lamun
merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegitan
tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik yang
berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini
dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian,
sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keperpihakan
kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya alam diberikan porsi
yang lebih besar.
Dengan demikian, yang perlu
diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai komponen utama penggerak
pelestarian areal padang lamun. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap
keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan kepada cara pandang
masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam persisir (Bengen, 2001).
Raharjo (1996) mengemukakan bahwa
pengeloaan berbasis masyarakat mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat
dalam mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan.. Dalam konteks ini pula perlu
diperhatikan mengenai karakteristik lokal dari masayakarakat di suatu kawasan.
Sering dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab kerusakan sumber daya alam
pesisir adalah dekstrusi masyakarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena
itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata pencaharian yang tujuannya
adalah untuk mangurangi tekanan terhadap sumberdaya pesisir termasuk lamun di
kawasan tersebut.
BAB 111.
PENUTUP
KESIMPULAN
1)
Lamun adalah satu-satunya tumbuhan
berbungan yang ada di laut diang sangat berbeda dengan dengan tumbuhan lain
nya,misalnya Alga.karna lamun memiliki akar buah dan daun.
2)
Lamun merupakan suatu ekosistem
yang sangat penting keberadaannya,Karena dia memiliki manfaat yang sangat
banyak biak untuk organisa laut maupun masusia,misalnya :
·
Sebagai tempat berlindung dan tempat
menjari makan bagi beberapa organism laut.
·
Sebagai tempat pemijahan bagi giota
tertentu
·
Memperlambar arus dan ombak
·
Memperkecil sedementasi yang menuju ke
ekosisitem trumbu karang
·
Sebagai tempat berekreasi
·
Sebagai tempat penelitian
SARAN
1) Ekosistem
lamun merupakan ekosistem yang sangat penting,karena mempunyai banyak
manfaat,Saya saran kan gimana,kalau fakultas perikanan membentuk suatu
forum.Dalam hal untuk melakukan pelastarian dan melindungi terhadap ekosisterm
laut (Lamun.Trumbukarang dan mangrove),,karena semakin maju jaman semakin rusak
ekosistem laut,contohnya Di teluk ambon bagian dalam, di bagian”Galala”pada
awalnya di daerah tersebut terdapa tiga jenis lamun,namun karena terjadi
pembangunan yang takterkendali yg di lakukan oleh masyarakat,yang menjebabkan
sededentasi di laut,sehingga yang awalnya terdapat tiga jenis lamun,kini
tinggal satu jenis aja,,
Dan itu merupakan tanggung jawab kita selaku
fakulaku fakultas perikanan.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Anonym, 2007. Seagrass deaths in Southern
Australia. http://budak.blogs.com
·
Kiswara W. 1993. Struktur Komunitas
Padang Lamun di Perairan Indonesia. Makalah disampaikan
pada seminar Ilmiah Nasional Biologi XI, Ujung Pandang 20-21 juli 1993
·
Kiswara W. 1995. Degradasi Padang Lamun di
Teluk Banten: Pengaruhnya terhadap Sumber Daya Perikanan.
·
Azkab,
M.H.1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides di rataan terumbu
di Pari Pulau Seribu.Dalam:
·
P3O-LIPI,
Teluk Jakarta: Biologi,Budidaya, Oseanografi,Geologi dan Perairan. Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.
·
Hartog, C.den.1970. Seagrass of the
world. North-Holland Publ.Co.,Amsterdam Kikuchi dan J.M. Peres. 1977. Consumer
ecology of seagrass beds, pp. 147-193. In P. McRoy and C.Helferich
(eds). Seagrass ecosystem. A scientific perspective. Mar.Sci.Vol
4.Marcel Dekker Inc, New York
·
http://naskleng.blogspot.com/2008/05/ekosistem-padang-lamun-definisi.html
·
http://web.ipb.ac.id/%7Eitkipb/SIELT/lamun.php?load=klasifikasi.php
·
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0310/21/iptek/638686.htm
·
Hartog,
C.den.1970. Seagrass of the world. North-Holland Publ.Co.,Amsterdam
·
Kikuchi
dan J.M. Peres. 1977. Consumer ecology of seagrass beds, pp. 147-193. In P.
McRoy and C.Helferich (eds).
·
Seagrass
ecosystem. A scientific perspective. Mar.Sci.Vol 4.Marcel Dekker Inc, New York.
·
Menez,
E.G.,R.C. Phillips dan H.P.Calumpong. 1983. Sea Grass from the Philippines.
Smithsonian Cont. Mar. Sci. 21.Smithsonian Inst. Press, Washington.Ekologi Laut
Tropis http://
·
Departemen
Kelautan dan Perikanan, 2004. Kajian Asosiasi Ekosistem Padang Lamun
danTerumbu Karang. Tri Tunggal Pratyaksa Konsultan, Bandung.
·
Den
Hartog, C. 1970. The Sea Grasses of The World. 12-15. North Holland Publishing
Company.
Amsterdam. ii+275h
·
Effendi,
H. 2000. Telaah Kualita Air Bagi Pengelolaan umberdaya dan Lingkungan
Perairan.Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
·
Hutomo,
H. 1997. Padang lamun Indonesia :salah satu ekosistem laut dangkal yang belum banyak
dikenal.Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.35 pp
·
Hutomo,
M dan Djamali, 1977. Komunitas Ikan pada Padang Lamun (Seagrass,) di Pantai Selatan
Pulau Tegah, Gugusan Pulau Pari. LIPI, Jakarta
·
Konservasi
Ekosistem Sumberdaya Hayati
·
Supriharyono,agus
hartoko dan suradi (2003) tentang lamun di pantai selatan jawa,kerja sama
fakultas perikanan dan ilmu kelautan
universipas di di ponogoro
T U G A S
MENAJEMEN SUMBER
DAYA PERAIRAN
|
DI SUSUN OLEH :
|
NAMA : DARWIS RUMBARU
NIM :
2010 – 63 – 046
PRODY : M S
P
|
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIFERSITAS
PATTIMURA
A
M B
O N
2 0
1 2
|
Wah, tulisan ilmiah yang menarik.
BalasHapusDicopy ya??
thanks